- Definisi Arsitektur Tropis
Arsitektur Tropis adalah suatu konsep
bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Letak geografis Indonesia yang
berada di garis khatulistiwa membuat Indonesia memiliki dua iklim, yakni
kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau suhu udara sangat tinggi dan sinar
matahari memancar sangat panas. Dalam kondisi iklim yang panas inilah muncul
ide untuk menyesuaikannya dengan arsitektur bangunan gedung maupun rumah yang
dapat memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
Desain arsitektur tropis umumnya memiliki
ciri-ciri:
·
Mempunyai atap yang tinggi dengan
kemiringan diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna untuk meredam panas.
·
Mempunyai teritisan/overstek atap yang
cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin.
Selain itu, uga untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam
bangunan.
·
Mempunyai lubang untuk ventilasi udara
secara silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa tetap nyaman.
·
Pada daerah tertentu, rumah panggung
menjadi ciri utama yang kuat untuk antisipasi bencana alam dan ancaman binatang
buas.
·
Desain tropis umumnya menggunakan material
alam yang sumbernya bisa didapat di sekitarnya.
- Arsitektur Tropis Kering
Ciri-ciri iklim tropis kering:
·
Kelembaban rendah
·
Curah hujan rendah
·
Radiasi panas langsung tinggi
·
Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada
malam hari rendah (45o dan -10oCelcius)
·
Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada
awan.
·
Pada malam hari berbalik dingin karena
radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat dingin bila dibandingkan tanah
basah/lembab).
·
Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar
dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi
dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir
karena dataran yang luas.
·
Pada waktu sore hari sering terdengar
suara ledakan batu-batuan karena perubahan suhu yang tiba-tiba drastis.
Di daerah benua
atau daratan yang cukup luas, banyak terdapat gurun pasir karena di tempat itu
jarang terjadi hujan, bahkan dapat dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena
angin yang melaluinya sangat kering, tidak mengandung uap air. Uap air yang
terkandung di udara sudah habis dalam perjalanan menuju ke pedalaman benua itu,
atau juga karena terhalang oleh daratan tinggi atau gunung, sehingga daerah itu
menjadi sangat panas dan tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar
matahari, yang mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir. Suhu di padang
pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C di siang hari, dan di malam hari dapat
mencapai -1o C.
- Strategi
untuk perancangan bangunan:
·
Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag
tinggi agar panas yang diterima siang hari dapat menghangatkan ruangan di malam
hari. Konduktivitas rendah agar panas siang hari tidak langsung masuk ke dalam
bangunan. Berat jenis bahan tinggi, dimensi tebal agar kapasitas menyimpan
panas tinggi.
·
Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah
radiasi sinar langsung dan angin atau debu kering masuk sehingga mempertahankan
kelembaban.
·
Memperkecil bidang tangkapan sinar
matahari dengan atap-atap datar dan rumah-rumah kecil berdekatan satu sama lain
saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu terbayang. Atap datar juga untuk
menghindari angin kencang, karena curah hujan rendah.
·
Menambah kelembaban ruang dalam dengan air
mancur yang dibawa angin sejuk.
·
Pola pemukiman rapat dan jalan yang
berbelok untuk memotong arus angin
·
Bangunan efisien bila rendah, masif dan
padat.
- Arsitektur Tropis Lembab
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan
syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan,
mengingat ada beberapa factor- faktor spesifik yang hanya dijumpai secara
khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk,
fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang
terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang
berbeda kondisi iklimnya. Kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan
pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :
1.
Kenyamanan
Thermal
Untuk mendapatkan kenyamanan thermal dapat
dilakukan dengan mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup
dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi
langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat
dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas
yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan
terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan
bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil
dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit
karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat
diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan
pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk
memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :
·
Memperkecil luas permukaan yang menghadap
ke timur dan barat.
·
Melindungi dinding dengan alat peneduh.
Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari
permukaan, terutama untuk permukaan atap.
·
Penggunaan warna-warna terang. Warna
terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang lebih kecil dibandingkan
dengan warna gelap. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur
permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal
ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan,
yang akan menyebabkan aliran panas yang besar.
2.
Aliran
Udara Melalui Bangunan
Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi
adalah :
·
Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu
penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan,
mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau.
·
Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan
thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan.
Aliran udara terjadi karena adanya
perbedaan temperature antara udara di dalam dan di luar ruangan dan perbedaan
tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah
aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil
daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama
sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi
yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.
3.
Radiasi
Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar
matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih
panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh
(Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan
ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C.
Hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit atau
permukaan bawah dari atap.
4.
Penerangan
Alami pada Siang Hari
Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
·
Cahaya matahari langsung.
·
Cahaya matahari difus
Cahaya matahari dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk pencahayaan alami khususnya cahaya matahari langsung.
Cahaya matahari langsung yang masuk harus dibatasi karena akan menimbulkan
pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang
perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Untuk bangunan
berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit
yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat
dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
1)
Komponen langit.
2)
Komponen refleksi luar
3)
Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen tersebut komponen
langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh
suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat
penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
1)
Luas dan posisi lubang cahaya.
2)
Lebar teritis
3)
Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
4)
Faktor refleksi cahaya dari permukaan
dalam dari ruangan.
5)
Permukaan di luar bangunan di sekitar
lubang cahaya.
Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang di muka lubang cahaya. Dari penelitain yang dilakukan, baik pada model bangunan dalam langit buatan, maupun pada rumah sederhana, faktor penerangan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh dengan lubang cahaya 15% dari luas lantai, dengan catatan posisi lubang cahaya di dinding, pada ketinggian normal pada langit, lebar sekitar 1 meter, faktor refleksi cahaya rata-rata dari permukaan dalam ruang sekitar 50% – 60% tidak ada penghalang dimuka lubang dan kaca penutup adalah kaca bening.
- Contoh Bangunan Arsitektur Tropis
-
EDITT Tower Singapore
EDITT Tower akan menjadi teladan “Desain
Ecological In The Tropics”. Dirancang oleh TR Hamzah & Ken Yeang dan
disponsori oleh National University of Singapore, bangunan bertingkat tinggi ini
akan membanggakan panel fotovoltaik, ventilasi alami, dan biogas generasi
tanaman yang dibungkus dalam sebuah dinding hidup isolasi yang mencakup
setengah dari luas permukaan. Gedung pencakar langit hijau dirancang untuk
meningkatkan keanekaragaman hayati lokasi dan merehabilitasi ekosistem lokal di
Singapura ‘zeroculture’ metropolis.
Separuh bangunan ini dibalut dengan berbagai macam tanaman organik yang system pengairannya menggunakan teknologi “Rain Water Harvesting”. Sistem yang menampung air hujan yang kemudian akan digunakan untuk pengairan tanaman tersebut. Keberadaan tanaman juga mampu menekan kebutuhan energi bagi bangunan tersebut.
Referensi
: