Sabtu, 09 Februari 2019

KRITIK ARSITEKTUR ( Metode Kritik Interpretif Evokatif pada Masjid Ramlie Musofa )

PENDAHULUAN
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Adapun 3 metode Kritik Interpretif yaitu :

1.      Kritik Evokatif (Evocative)
Kritik Evokatif adalah kritik yang membangkitkan rasa, menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).

2. Kritik Advokatif (Advocatory)
Kritik Advokatif adalah kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut. Kritik ini adalah kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu, kritikus juga membantu dalam melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek, sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempesona.

3. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism)
Kritik Impresionis adalah kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru). Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya. Kritik ini dapat berbentuk narasi verbal puisi atau prosa (Verbal discourse), paduan kata (Caligramme), lukisan (Painting), imagi foto (Photo image), modifikasi bangunan (Modification of building), dan menampilkan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan (Cartoon).

            Dalam pembahasan kritik arsitektur ini, penulis menggunakan metode kritik interpretif evokatif.


METODE
      Metode kritik yang digunakan penulis adalah metode kritik interpretif evokatif. Evoke sendiri berarti menimbulkan dan membangkitkan. Ungkapan sebagai pengganti cara kita mencintai bangunan. Menggugah pemahaman intelektual kita atas makna yang dikandung bangunan. Membangkitkan emosi rasa kita dalam memperlakukan bangunan.
Kritik evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi rasional dalam menilai bangunan. Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang terungkap dan pengalaman ruang yang dirasakan. Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan kritikus.


PEMBAHASAN
Masjid Ramlie Musofa terletak di daerah Sunter – Jakarta Utara, Bagunan Masjid yang di didirikan oleh Ramlie Rasidin ini terispirasi oleh bangunan Taj Mahal di India. Masjid Ramlie Musofa ini berdiri di atas tanah 2.000 m²  dengan konsep yang mirip masjid di India. 


Masjid Ramlie Musofa menjadi bukti Haji Ramlie Rasidin untuk taat kepada perintah-Nya, beliau adalah merupakan sosok seorang mualaf berketurunan China. Berkat  buah kesabarannya mengumpulkan dana untuk pembangunan masjid, impian seorang Haji Ramlie Rasidin untuk memiliki sebuah masjid akhirnya terwujud. Pembangunan masjid ini dimulai pada Tahun 2011 dan selesai pada Tanggal 15 Mei 2016 yang diresmikan oleh pemilik masjid yaitu Haji Ramlie Rasidin dan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA.
Masjid yang berada dipemukiman elite sunter ini berdiri megah dan tertinggi diantara bagunan lain. Masjid ini dinamakan Ramlie Musofa ini adalah singkatan dari ketiga anaknya anak Haji Ramli yaitu Muhammad, Sopian, dan Fabianto (disingkat menjadi Musofa). Masjid ini memiliki ketinggian sekitar 35  Meter ini dibagun oleh arstiek Julius Danu, marmer didatangkan dari Itali dan Turki. Masjid ini mampu menampung sekitar 1.000 jamaah. 

Gaya Arsitektur pada Masjid Ramlie Musofa
Bangunan luar masjid merupakan perpaduan gaya Cina, Melayu dan Indonesia. Bagian depan bangunan masjid terdapat ornamen bertuliskan huruf Cina dan Arab juga Indonesia. Sementara di pelataran masjid terdapat sebuah bedug dan prasasti marmer peresmian masjid. 


 Beberapa ciri yang diterapkan oleh sang arsitek, Julius Danu pada masjid ini adalah adanya cupola, kubah kecil yang hanya disangga oleh pilar sebagai tanda dinding dan penerapan batu pualam atau marmer putih dalam jumlah besar berhiaskan batu berharga. Di tengah bangunan masjid yang berbentuk kubus, ditempatkan makam, lalu di empat pojoknya, dibuat pishtaq (vaulted archway) yaitu dua buah balkon yang bengkok di kedua sisinya serta menaungi pintu yang melengkung di atasnya.


Pishtaq direplikasi atau bertumpuk pada sisi lainnya sehingga bangunan akan terlihat simetris apabila dilihat dari semua sisi. Keindahan Taj Mahal tidak memudar meskipun keberadaannya sudah beribu tahun yang lalu. Karena itulah, pemilik masjid, Ramlie Musofa, seorang keturunan Cina yang memeluk agama Islam atau menjadi mualaf sejak usia muda ini ingin mengadopsi wujud luar dan dekorasi dinding bangunan Taj Mahal ke dalam masjid yang dibangunnya ini.


 Tampak atas bangunan berbentuk segi delapan, pishtaq, balkon di keempat sisinya, dekorasi dinding berpola Islamic geometric, serta finishing dinding serba warna putih sehingga menguatkan impresi Taj Mahal pada masjid ini. 


Pemilik masjid menambahkan dua buah lift untuk memudahkan orang lanjut usia atau orang jompo, orang difabel ataupun ibu hamil yang ingin berpindah tempat dari lantai dasar ke lantai dua.


Di bawah tangga terdapat tempat wudhu yang nyaman dengan desain mirip di masjidil Haram yaitu disediakan tempat dudukan. Yang membedakan adalah disini terdapat petunjuk bergambar tata cara berwudlu lengkap beserta doa-nya dengan tulisan berbahasa Indonesia, Arab dan Mandarin. Masjid ini juga ramah terhadap penyandang disabilitas dengan disediakannya fasilitas wudhu dan toilet khusus. 



Pemilik masjid juga menambahkan kaligrafi Q.S. Al-Fatihah pada dinding tangga luar dan kaca patri di atas mimbar serta Q.S. Al-A’la pada bagian dalam kubah utama  yang berarti yang paling tinggi. Ayat pertama dari surat Al-A’la berbunyi “Sabbihisma robbikal-a’laa” yang artinya sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. Ornamen ini tidak hanya menjadi pengingat akan kebesaran Allah SWT, tetapi juga bersifat edukatif kontemplatif.


Elemen paling menarik dari masjid ini adalah adanya nama masjid dan ayat-ayat kitab suci Al-Quran di dinding masjid yang ditulis dalam tiga bahasa yaitu bahasa Arab, bahasa Indonesia, dan bahasa Cina. 


KESIMPULAN
Masjid Ramlie Musofa memiliki bentuk bangunan dengan gaya arsitektur  menyerupai Tajmahal di India. Tajmahal merupakan simbol keabadian, Haji Ramlie Rasidin yang merupakan keturunan cina berharap bangunan masjid Ramlie Musofa ini bermanfaat untuk umat sepanjang masa. Bangunan luar dan bagian depan bangunan merupakan perpaduan gaya Cina, Arab, dan Indonesia serta ornamen bertuliskan Cina, Arab, dan Indonesia. 

Fungsi aksara Cina itu sendiri dihadirkan sesuai keinginan pemilik serta untuk menunjukkan kepada anak-anak, warga keturunan cina dan para turis cina yang datang kesana dan mengagumi karya indah dari masjid tersebut, bahwa ternyata Islam itu mengajarkan banyak kebaikan. Karena masjid ini tidak hanya sebagai tempat sarana ibadah, namun juga sebagai tempat wisata banyak orang yang berkunjung hanya untuk berfoto terlebih lagi dari uniknya masjid ini yang megah sangat menarik pengunjung baik muslim maupun non muslim.