Senin, 07 Mei 2018

Laporan Kegiatan Pengamatan Bukchon Hanok Village, Korea Selatan



Bukchon Hanok Village (북촌 한옥마을) merupakan sebuah kampung rumah tradisional Korea (hanok) di Seoul, Korea Selatan. Desa ini terletak di antara 2 istana paling indah di kota, yaitu Gyeongbokgung dan Changdeokgung. Tidak seperti desa tradisional lainnya, Bukchon tidak dibangun untuk wisatawan. Di sinilah kelas penguasa hidup selama Dinasti Joseon dan beberapa keturunan aristokrasi masih berada di sini.
Kampung Hanok Bukchon memiliki lorong-lorong yang sempit dan menampilkan suasana kota seoul pada masa lalu. Rumah-rumah para bangsawan di kampung ini masih terpelihara dengan baik sampai saat ini dan beberapa di antaranya menawarkan penginapan bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman kehidupan tradisional Korea.

Karena memiliki sejarah bangunan tradisional yang khas dan menarik, Bukchon Hanok Village menjadi salah satu objek pengamatan pada Kuliah Lapangan Arsitektur ini, pada tanggal 11 April 2018 saya dan tim telah terbagi kedalam beberapa kelompok pengamatan, guna mendapatkan data yang memadai, adapun jobdesk dan pengamatan saya yaitu sebagi berikut :


Nama                 : Nurun Nissa 


Jobdesk              : Kameramen 

Tujuan Jobdesk  :    


Mengoperasikan kamera untuk shooting atau taping foto dan video pada eksterior bangunan
Mengikuti instruksi director/pengarah untuk memperoleh gambar sesuai script
Menentukan bagian yang di shoot pada objek pengamatan
Menentukan angle pengambilan gambar yang baik agar kualitas foto dan video sesuai dengan arahan
Bertanggung jawab terhadap kamera agar tetap siap operasi
Memberikan saran kepada director/ pengarah untuk pengambilan gambar terbaik

Pengamatan                 : Bangunan Hanok pada Kawasan Buckhon Hanok Village

Tugas bagian amatan   :
  •  Merekam dan mengambil foto pada keseluruhan fasad bangunan Hanok

  •  Merekam dan mengambil foto pada detail atap (struktur sambungan) bangunan Hanok

  •  Merekam dan mengambil foto pada bukaan (jendela dan pintu) bangunan Hanok   


Kamis, 05 April 2018

Kuliah Lapangan Arsitektur "Bukchon Hanok Village"

BAB 1

SEJARAH BUKCHON 

Kampung Hanok Bukchon (북촌 한옥마을) adalah sebuah kampung rumah tradisional Korea (hanok) di Seoul, Korea Selatan. Bukchon berarti “Kampung Utara” dikarenakan berlokasi di sebelah utara Kali Cheonggye (Cheonggyecheon) dan Jongno. Desa ini terletak di antara 2 istana paling indah di kota, yaitu Gyeongbokgung dan Changdeokgung. Tidak seperti desa tradisional lainnya, Bukchon tidak dibangun untuk wisatawan. Di sinilah kelas penguasa hidup selama Dinasti Joseon dan beberapa keturunan aristokrasi masih berada di sini.
Kampung Hanok Bukchon memiliki lorong-lorong yang sempit dan menampilkan suasana kota Seoul pada masa lalu. Rumah-rumah para bangsawan di kampung ini masih terpelihara dengan baik, dan beberapa di antaranya menawarkan penginapan bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman kehidupan tradisional Korea.


PERUBAHAN BUKCHON
Pada akhir Dinasti Joseon, tanah skala besar dipartisi menjadi situs bangunan berukuran kecil untuk alasan sosial dan ekonomi. Diasumsikan bahwa hanok yang terletak berdekatan di desa dibangun kembali sekitar tahun 1930. Perubahan bentuk hanok mencerminkan kepadatan masyarakat karena urbanisasi di Korea dimulai pada waktu itu. Situs bersejarah Bukchon dan warisan budaya dari Dinasti Joseon hingga zaman modern memberi tahu pengunjung tentang sejarah daerah ini. 

DINASTI JOSEON 


Salah satu ciri utama Bukchon adalah topografinya yaitu bentuk tanah dan aliran air. Bukcheon memiliki dataran rendah di selatan dan dataran yang lebih tinggi atau lebih curam di utara. Saat air mengalir di lembah, jalan utama di daerah ini sejajar dengan anak sungai. Jadi jalan di Bukcheon cenderung membentang dari utara ke selatan. 



Selama Dinasti Joseon, Bukchon adalah kota lingkaran tinggi karena fitur geografisnya. Bahkan hari ini kita dapat menyaksikan di jalan-jalan seperti Samcheongdong-gil, Gahoe-ro, Gyedong-gil dan Changdeokgung-gil. 


Desa ini adalah jantung dari Hanyang (nama lama Seoul) antara Gyeongbokgung (Istana) dan Changdeokgung (Istana) yang terletak di sisi selatan pegunungan. Menurut sensus pada tahun 1906, 43,6% dari 1.932 rumah tangga di Bukchon berasal dari keluarga bangsawan atau pejabat tinggi. Dari sini, kita dapat melihat bahwa orang kelas atas berkumpul di Bukchon pada waktu itu. 

BAB 2 

JENIS - JENIS HANOK


A. Model hanok (한옥) berdasarkan geografis Korea


1.    Hanok (한옥) model huruf Miem () atau Persegi

Hanok (한옥) model huruf Miem () ini adalah hanok (한옥) yang ruang-ruang bangunan rumah disusun seperti bangun bidang persegi, atau huruf Miem () dalam aksara Korea.

Hanok (한옥) model ini membantu menghambat atau mengurangi angin dingin masuk ke bagian dalam rumah.

Rumah model huruf miem () ini adalah model rumah yang banyak dimiliki oleh rakyat biasa yang terdapat di wilayah Korea bagian utara dan bagian tengah.



2.    Hanok (한옥) model huruf Giyeok/giyôk () atau Nien () atau  letter L

Hanok (한옥) model huruf Nien () ini adalah model hanok (한옥) yang ruang-ruang bangunan rumah disusun seperti huruf L dalam abjad. Dalam aksara Korea (Hangeul ~ 한글) menyerupai huruf Giyôk () atau huruf Nien ().Rumah model ini adalah model rumah rakyat biasa yang banyak terdapat di wilayah Korea bagian selatan yang lebih hangat.




3.    Model huruf  I () atau Letter 1

Model hanok (한옥) yang seperti huruf I () ini adalah model hanok (한옥) yang ruang-ruang bangunan rumah disusun seperti huruf I dalam abjad, atau huruf I () dalam aksara Korea.Rumah ini banyak dimliki oleh  para petani kecil yang terdapat di bagian tengah Korea.

Di Pulau Jeju yang udaranya lebih hangat daripada di wilayah utara dan dan wilayah tengah juga banyak rumah yang model huruf I ini.


B. Jenis-Jenis hanok (한옥)

1. Umjib (움집) ~ Dugout Huts 


Umjib (움집) adalah tipe rumah tradisional Korea yang berbentuk pondok berdinding jerami atau daun-daunan kering. Model rumah seperti ini sudah ada sejak zaman Neolitikum.Dengan model rumah seperti ini masyarakat Korea pada zaman bisa bertahan menghadapi dinginnya udara musim dingin. Penghangat udara adalah tungku yang terdapat di tengah-tengah pondok.

Rumah model ini (움집) ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat Korea lama sejak zaman tiga kerajaan (삼국 시대~samguk sidê), karena mulai sejak zaman tersebut masyarakat Korea sudah tinggal di rumah model hanok (한옥) yang dikenal sekarang.

2. Gwiteljib (귀틀집) ~ Log House 

 

Gwiteljib (귀틀집) atau Log House adalah model rumah tradisional Korea yang dibuat dengan cara menyusun atau menumpuk batang-batang kayu secara horizontal, berderet dari bawah sampai ke atas.Untuk mentutupi rongga-rongga di sela-sela kayu, dan melindungi penghuni dari angin dingin, rongga-rongga tersebut dilapisi atau ditutup dengan tanah liat.

Gwiteuljib ini disebut juga dengan bangteuljib (방틀집) atau teulmokjib (틀목집). Rumah tradisional Korea yang seperti ini masih bisa dijumpai di Pulau ulleungdo dan beberapa daerah di daerah provinsi Gangwon.

3. Neowajib (너와집) ~ Shingle Roof House 


Neowajib/nôwajib (너와집) adalah jenis rumah tradisional Korea yang atapnya adalah atap sirap atau atap terbuat dari potongan-potongan kayu pinus merah.Ukuran potongan-potongan kayu ini adalah 30 cm x 60 cm dan ketebalan 4 cm atau 5 cm. Kayu yang digunakan adalah kayu pohon pinus merah yang sudah berumur lebih dari 200 tahun.

Potongan-potongan kayu ini disusun dan kemudian dihimpit dengan batu atau kayu pada bagian atasnya. Keuntungan menggunakan atap dari potongan kayu ini adalah udara di dalam rumah tetap hangat pada saat musim dingin dan pada saat musim panas udara di dalam rumah tetap segar. Rumah model ini dulunya banyak terdapat di pegunungan Korea bagian tengah. 

4. (초가집) ~ Thatced Roof House 


Chogajib (초가집) adalah rumah tradisional Korea yang atapnya adalah berupa jerami, ilalang atau daun-daunan. Bahan atap yang paling banyak digunakan adalah jerami karena jerami banyak tersedia dan juga jerami menjaga rumah tetap hangat di musim dingan dan sejuk di musim panas.Rumah ini biasanya dimiliki oleh rakyat biasa. Dinding rumah chogajib (초가집) ini terbuat dari tanah dan dipagari oleh batu-batuan.

Di Korea bagian utara yang lebih dingin atap jeram dibuat lebih tebal dan bagian pinggirnya dibuat menggantug leih rendah. Sementara di Korea bagian tengah atau selatan yang lebih hangat, atap dibuat agak lebih tipis daripada di Korea bagian utara.

5. (기와집) ~ Tile Roof House 


Giwajib (기와집) adalah rumah tradisional masyarakat Korea yang atapnya terbuat dari genteng. Model rumah ini merupakan tempat tinggal kaum kelas atas seperti kaum bangsawan atau yangban (양반) pada masa Dinasti Joseon/Josôn (조선) berkuasa di semenanjung Korea.

Giwajib (기와집) ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip confusion yang dianut oleh masyarakat Joseon/Josôn (조선). Misalnya memisahkan ruangan antara ruanga kaum pria dengan ruangan kaum wanita dan anak-anak. Rumah model atap genteng atau giwajib (기와집) inilah yang kemudian kita kenal dengan sebutan hanok (한옥).

C. Bagian-bagian Hanok (한옥) 

1. Cheoma/choma (처마) 

Cheoma/choma (처마) adalah bagian ujung atap hanok yang melengkung. Choma/choma (처마) merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi hanok karena panjang atau ukuran choma (처마) menentukan jumlah sinar matahari dan angin yang masuk ke dalam rumah atau hanok (한옥).

Dengan demikian udara di dalam hanok pada saat musim dingin rumah tetap hangat sementara pada musim panas rumah tetap segar. 
Bentuk cheoma yang ujungnya melengkung dengan lembut merupakan salah satu bentuk artistik hanok yang membuat hanok terlihat indah.

2. Bang (방) 
Bang (방) adalah ruangan, maksudnya di sini adalah ruang-ruangan yang terdapat di dalam hanok. Ruang-ruangan di dalam hanok dibuat berdasarkan aturan-aturan konfusian yang berkembang di Korea. Konfusian mengatur pemisahan ruangan di dalam rumah antara ruangan untuk pria yang disebut sarangbang (사랑방) dengan ruangan untuk wanita dan anak-anak anbang (안방).

a. Sarangbang (사랑방) 

Sarangbang (사랑방) adalah ruangan untuk kaum pria atau kepala keluarga. Ruangan ini posisinya berada di bagian paling depan bangunan rumah. Di sarangbang (사랑방) inilah kaum pria menerima tamu dan belajar. 

Di rumah petani dan rumah rakyat biasa yang ukurannya tidak besar, untuk memisahkan ruangan pria (사랑방) dengan ruangan wanita dan anak-anak (안방) biasanya menggunakan byeongpung/byôngpung (병풍) atau folding screen. 

Tetapi rumah kaum bangsawan yang besar biasanya memisahkan bangunan antara bangunan untuk kaum pria dan bangunan untuk kaum wanita dan anak-anak. Bangunan sarangbang (사랑방) yang terpisah ini dengan disebut dengan sarangchae atau sarangchê (사랑채).

Di dalam sarangbang ini terdapat rak buku, meja belajar yang diatasnya tersedia 4 sahabat ruangan pelajar atau yang dikenal dengan munbangsau (문방사우) atau empat harta karun dalam belajar.Munbangsau (문방사우) ini adalah kertas, kuas, batang tinta dan batang tinta. Dan juga ada folding screen yang berisi lukisan Four Gracious Plants, yaitu plum blossom, chrysanthemum, Orchid dan bambu. Four gracias plants ini disebut dengan sagunja (사군자) 

b. Anbang (안방) 

Anbang (안반) dalah ruangan yang digunakan untuk kaum wanita dan anak-anak. Di sini tidak ada kaum pria termasuk suami sendiri. Ruangan ini digunakan kaum wanita (isteri) untuk beraktifitas dan pada malam hari berfungsi sebagai kamar tidur bersama suaminya.

Di ruangan ini terdapat lemari yang berfungsi sebagai tempat menyimpan buku, dokumen, perlengkapan tidur seperti kasur dan selimut yang bisa dilipat dan disimpan. Di lantai juga ada kaca rias yang disebut gyeongdae/gyôngdê (경대) yang terdapat dalam kotak kecil.

Di dalam rumah yang lebih besar bangunan yang terpisah untuk kaum wanita disebut dengan anchae/anchê (안채). Bangunan ini berfungsi sebagai bangunan utama rumah. Di dalam anchê (안채) ini ada ruang yang yang berada di depan anbang yang disebut dengan geonneonbang/ gônnônbang (건넌방).

c. Sarangdaecheong (사랑대청) 

Daecheong ~ dêchông (대청)atau sarangdaecheong (sarangdêchông ~ 사랑대청) adalah ruang terbuka atau bisa juga disebut dengan teras atau koridor yang beratap yang menghubungkan ruangan utama dengan bangunan depan yang menghadap ke halaman. Di sini biasanya digunakan keluarga untuk berkumpul dan mengadakan perayaan khusus seperti pernikahan.

3. Bueok~buôk (부엌) 

Bueok/buôk (부엌) adalah dapur. Posisi dapur lebih rendah sekitar 75 cm – 90cm daripada bangunan utama rumah. Tungku di dapur berfungsi sebagai tempat memasak juga berfungsi sebagai sumber pemanas tradisional (ondol ~ 온돌) bagi rumah-rumah tradisional Korea.

4. Ondol 

Ondol (온돌) adalah sistem penghangat atau pemanas tradisional yang terdapat pada hanok. Tungku ondol biasanya terdapat di dapur yang sekaligus digunakan untuk memasak. Tetapi ada juga yang terdapat di bagian belakang rumah.

Di bawah lantai rumah tradisional korea yang lantainya dari kayu dibuat lorong yang digunakan sebagai aliran penghangat rumah pada saat musim dingin. Lorong untuk aliran yang menghangatkan rumah ini berpangkal pada bagian belakang tungku di dapur, menuju bawah lantai ruang keluarga dan kamar. Jadi dengan demikian rumah-rumah tradisional Korea tetap hangat selama musim dingin.

Rumah-rumah tradisional korea di Pulau Jeju tidak dilengkapi dengan pemanas ondol, seperti halnya rumah-rumah yang terdapat di wilayah utara dan tengah. Mereka memperoleh udara hangat pada saat musim dingin dengan cara memanfaatkan panas yang berasal dari dapur.

5. Sadang (사당) 

Sadang (사당), yaitu bangunan atau ruangan yang digunakan sebagai ruang abu atau ruang altar untuk arwah para leluhur yang sudah meninggal.

6. Jangdokdae ~ jangdokdê (장독대) 

Jangdokdê (장독대) adalah tempayan-tempayan tembikar yang digunakan untuk membuatan kimchi. Jangdokini adalah sebutan untuk onggi (옹기 ~ tempayan tembikar) untuk pembuatan kimchi dan doenjang, gochujang yang terletak di area halaman belakang atau samping rumah. Di Korea ada yang disebut dengan kimjang (김장) yaitu membuat kimchi pada saat musim gugur untuk persediaan selama musim dngin. Sekarang sih sudah ada lemari es khusus kimchi.

7. Soseldaemun ~ Soseldêmun (솟을대문) 
Soseldêmun (솟을대문) adalah pintu gerbang utama hanok. Biasanya pintu gerbang yang seperti ini terdapat di rumah-rumah bangsawan atau yangban (양반).

Bagian-bagian lain yang terdapat di dalam area rumah tradisional korea adalah:
Madang (마당) atau halaman rumah.
Haengnangchae ~ hêngnangchê (행랑채) atau bangunan untuk tempat tinggal para pelayan yang berada di dekat pintu masuk.
Gwangchae ~ gwangchê (광채) atau bangunan untuk gudang.
 
D. Fasad dan Struktur
Struktur unik Hanok memang menjadi daya tarik utama desa ini. Hanok biasanya bertingkat dengan struktur yang terbuat dari tanah liat, kayu dan batu. Atap genteng yang melengkung disebut Giwa. Bagian dalam hanok biasanya terdiri dari banyak sekat yang memisahkan ruangan satu dengan yang lainnya.
FASAD


STRUKTUR





 pilar

atap
 
rangka atap

 BAB 3

LANDSCAPE




INTERIOR





Selasa, 02 Januari 2018

Hukum Pranata Pembangunan - Bab IV

Bab IV (Solusi dan Kesimpulan)

Solusi

Solusi untuk kasus proyek pembangunan masjid adalah :

1. Pelajari aturan yang menjadi dasar hukum suatu perizinan. Biasanya time frame pengurusan disebutkan dalam aturan tersebut. Pelajari pula persyaratan dan upayakan untuk melengkapinya sejak awal pengurusan. Bila ada persyaratan yang kurang dan baru disadari di tengah-tengah proses maka sudah pasti time frame yang ditentukan akan terlewati dan ini bukanlah kesalahan dari instansi yang mengeluarkan izin.

2. Adanya penggerakan dari pemerintah kepada masyarakat itu sendiri dengan penegasan hukum yang berlaku untuk saat ini, yaitu : Berdasarkan ketentuan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2006 dan No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat

3. Setiap pembangunan rumah ibadat harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan prinsip dari bupati/walikota, persetujuan prinsip tersebut, diberikan atas permohonan tertulis pengurus/panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota melalui Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spiritual setelah memenuhi:
a. persyaratan administratif
b. persyaratan teknis bangunan gedung
c. persyaratan khusus


Kesimpulan 

Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk agama masing-masing secara permanen, seperti masjid. Pendirian rumah ibadat harus memiliki izin mendirikan bangunan rumah ibadat. Izin ini diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat.


Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata berdasarkan komposisi jumlah penduduk di wilayah Kelurahan/Desa. Pendirian rumah ibadat dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/kota atau provinsi.













referensi :

https://ntt.kemenag.go.id/file/file/dokumen/rndz1384483132.pdf

https://paulusmtangke.wordpress.com/pendirian-rumah-ibadah/